Unik! Di Pasar Ini, Pembeli Harus Pakai Bambu Jika Ingin Membeli Barang
SEKITARPANTURA.COM,TEMANGGUNG - Ada yang menarik dan unik jika anda berkunjung ke Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Keberadaan pasar wisata dengan konsep yang unik yang digagas oleh Komunitas Mata air.
Pasar wisata di antara vegetasi bambu menjadi semakin menarik ketika harus bertransaksi dengan menggunakan kepingan bambu. Kini, Komunitas Mata Air membuat Pasar Papringan di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung menjadi semakin unik.
"Mengangkat konsep kearifan lokal dengan sisi tradisional dan barang yang dijual di pasar ini juga sudah sulit ditemukan di lokasi lain," ujar Ketua Komunitas Mata Air Imam Abdul Rofik.
Tak sedikit dari pengunjung yang datang karena ingin meraskaan nuansa alami dan berswafoto di berbagai spot yang manis.
.
Membuat konsep wisata pasar dibawah rimbunnya bambu, memang tidak semudah yang diperkirakan orang. Komunitas Mata Air harus memikirkan bagaimana konsep wisata yang tidak menjenuhkan dengan destinasi yang menarik dan membikin kerasan.
"Kami berusaha agar pengunjung tidak jenuh dengan destinasi wisata lain itu-itu saja. Pasar Papringan sendiri, berada di lahan bambu seluas 2.500 meter persegi. Pasar hanya akan dibuka setiap Minggu Wage dan Pon dalam penanggalan Jawa. Kmi membuka pasar mulai pukul 06.00 hingga 12.00 WIB," terangnya.
Sebelumnya, pasar Papringan ini merupakan tempat pembuangan sampah oleh warga. Namun dengan alasan tetap menjaga konservasi alam, maka muncul ide menyulapnya menjadi pasar wisata.
"Pasar ini diharapkan bisa mengangkat kearifan lokal dan mengembangkan ekonomi warga. Ada puluhan lapak dan warga sebagai penjual. Dagangan seperti kuliner khas, hasil pertanian, produk kerajinan lokal, hingga mainan tradisional, kami jajakan," tambahnya.
Pemandangan menarik di pasar Papringan adalah pengunjung harus bertransaksi dengan menggunakan kepingan bambu. Satu keping bambu bernilai Rp 2.000 dan bisa ditukarkan di lapak dalam pasar.
.
"Setiap pengunjung harus menukarkan uang dengan kepingan bambu. Alat tukar ini mengingatkan zaman nenek moyang dulu, sebagai alat bertransaksi. Jadi setiap pengunjung harus menggunakan alat transaksi tradisional ini dan tidak menggunkan alat transaksi modern," katanya.
Kini, keberadaan pasar wisata Papringan semakin menjadi primadona di Kabupaten Temanggung. Dibuka mulai tahun 2017 lalu, pengunjung tidak hanya dari lokal Indonesi saja. Pengunjung bahkan datang dari Thailand, Amerika Serikat, dan Jepang.
Pasar wisata di antara vegetasi bambu menjadi semakin menarik ketika harus bertransaksi dengan menggunakan kepingan bambu. Kini, Komunitas Mata Air membuat Pasar Papringan di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung menjadi semakin unik.
"Mengangkat konsep kearifan lokal dengan sisi tradisional dan barang yang dijual di pasar ini juga sudah sulit ditemukan di lokasi lain," ujar Ketua Komunitas Mata Air Imam Abdul Rofik.
![]() |
Foto / Istimewa |
Tak sedikit dari pengunjung yang datang karena ingin meraskaan nuansa alami dan berswafoto di berbagai spot yang manis.
.
Membuat konsep wisata pasar dibawah rimbunnya bambu, memang tidak semudah yang diperkirakan orang. Komunitas Mata Air harus memikirkan bagaimana konsep wisata yang tidak menjenuhkan dengan destinasi yang menarik dan membikin kerasan.
"Kami berusaha agar pengunjung tidak jenuh dengan destinasi wisata lain itu-itu saja. Pasar Papringan sendiri, berada di lahan bambu seluas 2.500 meter persegi. Pasar hanya akan dibuka setiap Minggu Wage dan Pon dalam penanggalan Jawa. Kmi membuka pasar mulai pukul 06.00 hingga 12.00 WIB," terangnya.
Sebelumnya, pasar Papringan ini merupakan tempat pembuangan sampah oleh warga. Namun dengan alasan tetap menjaga konservasi alam, maka muncul ide menyulapnya menjadi pasar wisata.
"Pasar ini diharapkan bisa mengangkat kearifan lokal dan mengembangkan ekonomi warga. Ada puluhan lapak dan warga sebagai penjual. Dagangan seperti kuliner khas, hasil pertanian, produk kerajinan lokal, hingga mainan tradisional, kami jajakan," tambahnya.
Pemandangan menarik di pasar Papringan adalah pengunjung harus bertransaksi dengan menggunakan kepingan bambu. Satu keping bambu bernilai Rp 2.000 dan bisa ditukarkan di lapak dalam pasar.
.
"Setiap pengunjung harus menukarkan uang dengan kepingan bambu. Alat tukar ini mengingatkan zaman nenek moyang dulu, sebagai alat bertransaksi. Jadi setiap pengunjung harus menggunakan alat transaksi tradisional ini dan tidak menggunkan alat transaksi modern," katanya.
Kini, keberadaan pasar wisata Papringan semakin menjadi primadona di Kabupaten Temanggung. Dibuka mulai tahun 2017 lalu, pengunjung tidak hanya dari lokal Indonesi saja. Pengunjung bahkan datang dari Thailand, Amerika Serikat, dan Jepang.
0 Response to " Unik! Di Pasar Ini, Pembeli Harus Pakai Bambu Jika Ingin Membeli Barang "
Posting Komentar