Mengenal Laesan, Kesenian Tradisional Masyarakat di Pesisir Utara Jawa
SEKITARPANTURA.COM, PATI - Sejumlah pelajar dari SDN Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, menampilkan kesian Laesan pada kegiatan Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) yang digelar di SMPN 1 Juwana pada pekan lalu. Kegiatan ini diikuti beberapa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di eks-Kawedanan Juwana.
Tari Laesan itu sendiri merupakan kesenian tradisional khas dari Desa Bajomulyo. Di mana, sudah sekitar 15 tahun ini, kesenian tersebut tak pernah ditampilkan dalam pentas. Karena sebagian pemainnya sudah tua dan sebagian sudah ada yang meninggal.
"Salah satu tujuan dari GSMS ini kan bagaimana mengangkat kembali kesenian tradisional yang ada di masing-masing wilayah. Karena, setiap daerah memiliki kearifan lokal. Dengan adanya kegiatan ini, tentu kesenian tradisional tersebut dapat diketahui generasi muda sekarang," ujar Aris Sukoco, koordinator seniman.
Dirinya menyampaikan, jika kesenian Laesan sudah lama sekali dimainkan masyarakat pesisir, khususnya Desa Bajomulyo. Di mana, kesenian ini biasanya dimainkan pada waktu nelayan tidak melaut atau waktu bulan purnama.
Laesan, katanya, diperankan laki-laki yang biasa disebut pawang atau dukun. Jika diruntut, kesenian tersebut mirip dengan kesenian sintren dari Cirebon.
"Kesenian Laesan ini ada hubungannya dengan kekuatan gab, dan kemudian nanti akan menari diiringi dengan tabuhan dan syair tentang kehidupan masyarakat pesisir, khususnya masyarakat Desa Bajomulyo," ungkapnya.
Lanjutnya, ia sampaikan, jika persiapan yang dilakukan untuk menampilkan kesenian Laesan tersebut sekitar tiga bulan. Di mana, untuk anak-anak yang ikut dalam kesenian itu sebanyak 20 orang.
"Nah untuk menyeleksi anak-anak yang ikut dalam kesenian Laesan ini, untuk penari dipilih perempuan. Kemudian, untuk pemain laki-laki, dipilih anak yang "agak bandel." Tujuannya, melalui kegiatan ini, kita arahkan anak-anak tersebut untuk memiliki tangung jawab, sehingga nantinya berdampak positif terhadap perkembangan anak," sebutnya.
Meski demikian, cukup ada kesulitan dalam mempersiapkan atau menampilkan kesenian Laesan itu. Sebab kesenian tersebut merupakan kesenian mistis atau mengandung magis yang dimainkan orang dewasa, yang kemudian dalam hal ini dimainkan anak-anak yang diubah menjadi seni tari.
Dirinya juga menyatakan, jika dengan ditampilkannya kesenian Laesan itu, memiliki respon positif dari masyarakat. Sebab, sudah lama masyarakat, khususnya dari Bajomulyo tidak pernah ditampilkan lagi.
Tari Laesan itu sendiri merupakan kesenian tradisional khas dari Desa Bajomulyo. Di mana, sudah sekitar 15 tahun ini, kesenian tersebut tak pernah ditampilkan dalam pentas. Karena sebagian pemainnya sudah tua dan sebagian sudah ada yang meninggal.
"Salah satu tujuan dari GSMS ini kan bagaimana mengangkat kembali kesenian tradisional yang ada di masing-masing wilayah. Karena, setiap daerah memiliki kearifan lokal. Dengan adanya kegiatan ini, tentu kesenian tradisional tersebut dapat diketahui generasi muda sekarang," ujar Aris Sukoco, koordinator seniman.
Dirinya menyampaikan, jika kesenian Laesan sudah lama sekali dimainkan masyarakat pesisir, khususnya Desa Bajomulyo. Di mana, kesenian ini biasanya dimainkan pada waktu nelayan tidak melaut atau waktu bulan purnama.
Laesan, katanya, diperankan laki-laki yang biasa disebut pawang atau dukun. Jika diruntut, kesenian tersebut mirip dengan kesenian sintren dari Cirebon.
"Kesenian Laesan ini ada hubungannya dengan kekuatan gab, dan kemudian nanti akan menari diiringi dengan tabuhan dan syair tentang kehidupan masyarakat pesisir, khususnya masyarakat Desa Bajomulyo," ungkapnya.
Lanjutnya, ia sampaikan, jika persiapan yang dilakukan untuk menampilkan kesenian Laesan tersebut sekitar tiga bulan. Di mana, untuk anak-anak yang ikut dalam kesenian itu sebanyak 20 orang.
"Nah untuk menyeleksi anak-anak yang ikut dalam kesenian Laesan ini, untuk penari dipilih perempuan. Kemudian, untuk pemain laki-laki, dipilih anak yang "agak bandel." Tujuannya, melalui kegiatan ini, kita arahkan anak-anak tersebut untuk memiliki tangung jawab, sehingga nantinya berdampak positif terhadap perkembangan anak," sebutnya.
Meski demikian, cukup ada kesulitan dalam mempersiapkan atau menampilkan kesenian Laesan itu. Sebab kesenian tersebut merupakan kesenian mistis atau mengandung magis yang dimainkan orang dewasa, yang kemudian dalam hal ini dimainkan anak-anak yang diubah menjadi seni tari.
Dirinya juga menyatakan, jika dengan ditampilkannya kesenian Laesan itu, memiliki respon positif dari masyarakat. Sebab, sudah lama masyarakat, khususnya dari Bajomulyo tidak pernah ditampilkan lagi.
0 Response to "Mengenal Laesan, Kesenian Tradisional Masyarakat di Pesisir Utara Jawa "
Posting Komentar