USAID Prioritas Aktifkan Kolaborasi Dosen, Guru Pamong dan Mahasiswa

SEKITARPANTURA.COM,SEMARANG -  Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika (USAID) PRIORITAS mendampingi dan melatih  universitas mitra untuk mengaktifkan kolaborasi antara dosen pembimbing lapangan, guru pamong, dan mahasiswa dalam menjalankan praktik pengalaman lapangan (PPL).

Pendampingan dan pelatihan ini dilakukan untuk menguatkan kualitas PPL yang selama ini memiliki potensi untuk mengajarkan mahasiswa secara praktis pengalaman mengajar dan mendidik secara nyata. Tujuan akhirnya adalah membangun kepercayaan diri mahasiswa dan menguatkan teori yang telah dipelajari selama ini.

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Prof Muhibbin mendukung pelatihan dan pendampingan tersebut.  “Masih ditemui ketika mahasiswa PPL, langsung dilepas untuk mengajar di kelas. Padahal antara teori di kampus dengan pengalaman nyata di kelas pasti berbeda. Dengan pendampingan secara bertahap akan membuat kepercayaan diri mahasiswa tumbuh dengan baik ketika PPL selain itu tujuan pembelajaran juga tercapai dengan baik,” kata Rektor, dalam release yang diterima sekitarpantura.com.

Prof Muhibbin mengatakan, penanaman kepercayaan diri mahasiswa dilakukan secara bertahap dan dengan cara menggeser peran dari guru pamong dan mahasiswa praktikan dengan didampingi oleh Dosen pembimbing lapangan. Penggeseran peran dilakukan dari mahasiswa dari menjadi observer sampai dikatakan mampu untuk mengajar secara mandiri. Manfaat dari pola ini juga agar meminimalisir kerugian pada siswa.

Spesialis Pengembangan Universitas USAID PRIORITAS Jateng Afifuddin menjelaskan, bahwa yang menarik dari pola yang dilatihkan oleh USAID PRIORITAS adalah menggunakan pola bertahap atau dari 100%,75%, 50%, 25% dan terakhir mandiri. Kemudian pola pendampingan konferensi dan selanjutnya adalah pola 3,2,1.

“Kami memperkenalkan cara pendampingan PPL yang progresif dan terpantau sehingga meminimalisir kerugian di siswa. Setiap perkembangan mahasiswa dalam mengajar terpantau bertahap oleh guru pamong dan dosen pendamping lapangan. Tujuannya mahasiswa sudah matang sebelum mengajar mandiri,” ungkap Doktor jebolan Australia ini.

Pola bertahap yang dimaksud oleh Afif yaitu, pembelajaran 100% guru, mahasiswa menjadi observer. Kemudian pada tahap selanjutnya, mahasiwa mulai diberikan peran yaitu sebesar 25%, guru pamong 75%. Tahap selanjutnya bila dirasa mahasiswa sudah mampu menerapakan dan mengelola pembelajaran, guru dan mahasiswa kemudian menjadi team teaching atau 50% mahasiswa dan 50% guru.

Bila kolaborasi antara mahasiswa dan guru yang diobservasi oleh dosen ini dalam beberapa kali sukses dilakukan, Selanjutnya guru dengan sepengatahuan dosen akan mulai menyerahkan pembelajaran kepada mahasiswa dengan porsi mahasiswa 75% memegang kendali dan guru hanya 25%.

Mahasiswa Unnes, Linda Zarza Arlita berkolaborasi dengan Guru Pembimbing dalam praktik lapangan di SD Negeri Ngaliyan 01 Semarang. (Istimewa)


Seusai pembelajaran dilakukan dan hasil dari refleksi dalam tahap di atas dinilai telah mampu memberikan kesempatan untuk mengelola kelas dengan baik, selebihnya mahasiswa dapat diberikan kesempatan untuk mengelola pembelajaran secara mandiri atau 100% mahasiswa. Guru yang menjadi observer dan dosen pendamping memberikan catatan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran.

Kemudian, dosen yang datang dan masuk dalam pembelajaran memfasilitasi pelaksanaan konferensi.Model konferensi dilakukan secara terbuka dengan menggunakan konsep 3,2,1. Maksudnya adalah mahasiswa, guru, dan dosen menyampaikan refleksi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan penyampaian 3 hal baik yang telah dilakukan, 2 pertanyaan atau pernyataan tentang kelemahan, dan 1 saran.

“Semua hal yang muncul dalam praktik pembelajaran dirangkum dan disampaikan dengan pola 3 hal baik, 2 pernyataan, dan1 saran yang membangun. Harapannya, supaya efektif pertemuan tersebut. Kesan menyalahkan atau mengoreksi mahasiswa dan masukan searah juga bisa diminimalisir,” lanjut Afif.

Kegiatan pelatihan tersebut dilakukan dalam sebuah forum refleksi dan konferensi/pertemuan antara ke tiga pihak. Di mulai dari mahasiwa, kemudian guru pamong dan ditutup oleh dosen pembimbing lapangan. Proses ini difasilitasi oleh dosen pembimbing

Pelatihan selama 3 hari, yakni 6-8 Oktober tersebut dilakukan oleh 20 orang dosen dari Unnes dan UIN Walisongo, 20 orang guru pamong dari sekolah mitra, dan 20 orang mahasiswa. Mereka berkolaborasi untuk menerapkan model dan mempraktikkannya dalam pembelajaran di hari terakhir pelatihan.

Dosen Unnes Prof Ani Roesilawati mengatakan, bahwa kegiatan konferensi antara dosen, guru pamong dan mahasiswa praktikan yang dilakukan secara terstruktur akan mengarahkan mahasiswa sesuai dengan kemampuannya.

“Cara 3,2,1 juga akan membuat mahasiswa lebih termotivasi dan mengetahui kelemahannya dengan cara positif. Hal tersebut dilakukan karena mereka diberikan penjelasan dengan cara positif juga,” terang guru besar fisika ini.

Rosyad Jati Purnomo mahasiswa jurusan PGSD Unnes juga mengakui bahwa pola PPL ini  memberikan masukan yang baru baginya. Cara memecahkan masalah yang biasanya baru bisa dikomunikasikan diakhir PPL dengan dosen dan guru dapat langsung disolusikan.

Selain itu, Mahasiswa PGMI UIN Walisongo Eka Fitriana yang ikut praktik dalam pelatihan tersebut juga mengatakan dirinya lebih percaya diri karena sejak dari awal sudah ada yang mendampingi secara intens.


“Figur guru pamong dalam pembelajaran aktif juga dia temukan ketika proses pembelajaran dengan cara peer teaching (pembelajaran 50% mahasiswa, dan 50% guru). hal tersebut membuat saya memiliki figur awal dalam mengajarkan kepada siswa kelas tersebut,” ungkap Fitri.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "USAID Prioritas Aktifkan Kolaborasi Dosen, Guru Pamong dan Mahasiswa"

Posting Komentar