Kisah Inspiratif Mbah Rakimin Ikut Ujian Nasional
Tak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu. Mungkin itulah ungkapan yang cocok melekat bagi siapa saja yang tengah bersemangat untuk menimba ilmu.
Ungkapan itu juga cocok disematkan bagi Rakimin, seorang kakek berusia 78 tahun di Desa Suntri, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang. Mbah Rakimin begitu bersemangat menuntut ilmu, mengikuti ujian nasional paket A.
Mengenai usia yang disebutkan 78 tahun itu sendiri, sebenarnya tidak bisa dijadikan patokan. Karena hal itu hanyalah yang tertulis dalam dokumen formal saja. Mbah Rakimin sendiri, sebenarnya tak tahu persis berapa usianya saat ini.
"Entahlah. Kalau tetangga itu ada yang pernah bilang jika tahun 1925 Mbah ini sudah ada. Tapi persisnya tahun berapa, aku wes lali nak. Lha, sepantaran saya itu sudah tidak ada lagi sekarang ini, cuma saya yang awet," ujar Mbah Rakimin.
Mbah Rakimin sedang mengikuti ujian nasional paket A (sekitarpantura.com) |
Meski tampak sesekali mengerutkan dahinya, Mbah Rakimin terlihat serius mengerjakan soal-soal ujian yang diberikan oleh pengawas dalam ujian Paket A setara SD yang digelar di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Siap Mandiri Desa Suntri, Kecamatan Gunem, Rembang,
Mengenakan baju safari, peci bulat hitam, dan sebatang rokok kretek yang terselip di jari kirinya, Mbah Rakimin membaca dan mencoba memahami soal yang ada di lembar kerja. Meski ketika membaca kata per kata, dirinya masih belum begitu lancar, namun, Mbah Ramijan tak putus asa."Pak Kirman orang yang sederhana dan menderita" begitu dirinya membaca salah satu pilihan jawaban pada soal, dengan agak terbata.
Namun demikian, sesekali Mbah Rakimin sesekali tetap tertawa kecil ketika mencoba mengeja soal-soal yang kemudian memperlihatkan giginya yang hanya tinggal beberapa, karena memang sudah enggan nempel di bagian dalam mulutnya.
"Kalau baca masih bisa, walaupun pelan-pelan. Apalagi tulisannya rapi begini, jadi agak mudah. Tapi kalau nulis, tangan saya sudah gemeter, agak susah," ungkapnya.
Lelaki renta yang tinggal di Desa Suntri RT 08 RW 1, Kecamatan Gunem, Rembang ini, mengaku sudah sejak setahun lalu mengikuti program pendidikan Paket A. Ini dilakukan karena dia penasaran ingin memiliki ijazah SD atau ia sebut sebagai "sertifikat".
Upaya gigih lelaki yang hanya mengenyam kelas 3 SR (sekolah setingkat SD zaman kolonial Belanda) mendapat dukungan penuh dari seluruh keluarganya. Tentu saja dukungan ini menjadikan dia lebih termotivasi dan semangat untuk menyelesaikan program Paket A.
"Saya dulu sekolahnya sampai kelas 3, habis itu sudah. Karena, kalau mau naik lagi ke kelas yang lebih tinggi, sekolahnya jauh. Kalau di Suntri ini berarti di Pamotan sana, tapi kalau saya dulu kalau melanjutkan ya ke Sedan. Karena saya lahir dan besar di Desa Pacing, Kecamatan Sedan," ujarnya.
Karena tempat yang jauh itulah, dulu banyak warga yang kemudian lebih memilih untuk tidak melanjutkan ke kelas yang lebih tinggi, dan sampai di kelas 3 saja. Belum lagi, ketika itu kondisi jalan sangat berbeda jauh dengan sekarang ini.
Selain penasaran mendapatkan "sertifikat", dirinya juga masih penasaran untuk ikut belajar bersama warga lain dari desa setempat yang juga banyak ikut.
"Saya lihat di rumah Pak Supangat (pengelola LKP Siap Mandiri) itu kok ada ramai-ramai. Terus saya tanya ke Pak Supangat, sedang apa mereka. Setelah dijelaskan ada belajar,saya tertarik dan katanya boleh ikut. Ya ikut, la wong nggak bayar," ungkapnya.
'
Bahkan, katanya, dirinya mau ikut ujian yang lebih tinggi lagi jika nanti sudah lulus ujian paket A. "Ya mau ikut lagi," imbuhnya.
Bahkan, Mbah Rakimin juga berpesan, agar anak-anak saat ini bisa bersekolah sampai tinggi, tidak seperti dirinya. Karena, pendidikan menurutnya penting. "Ojo koyo Mbah iki. Sekolahlah kalau bisa," pesannya.
Dalam ujian paket A ini, sebenarnya Mbah Rakimin tidak sendirian. Ada belasan warga lainnya yang juga ikut. Namun, untuk usia, memang rata-rata lebih muda dari Mbah Kirman. Bahkan, ada juga yang masih usia belasan tahun.
Sementara itu, Pimpinan LKP Siap Mandiri Supangat mengaku sangat mengapreasiasi semangat Mbah Rakimin. Meski sudah tua, tapi tak menyururkan niat untuk ikut belajar bersama warga lainnya.
"Semangatnya untuk belajar itu tinggi. Dulu, Mbah Rakimin ini sekolah hanya sampai kelas 3 saja, dan beliau katanya ingin mendapatkan sertifikat atau ijazah. Makanya, ketika Mbah Rakimin mengutarakan niatnya untuk ikut ujian paket A, saya langsung mengiyakan," katanya.
Menurutnya, semangat Mbah Rakimin untuk mendapatkan pendidikan bisa menjadi insipirasi bagi anak-anak muda saat ini. Karena, seperti Mbah Rakimin yang usianya sudah renta, masih ingin untuk belajar.
Baca Juga : Inspiratif! Pemuda Asal Juwana Pati Ini Raih Penghargaan Kick Andy Heroes 2016
Baca Juga : Inspiratif! Pemuda Asal Juwana Pati Ini Raih Penghargaan Kick Andy Heroes 2016
0 Response to "Kisah Inspiratif Mbah Rakimin Ikut Ujian Nasional"
Posting Komentar