Dewan Nilai Kenaikan Harga BBM Bisa Picu Penurunan Produktivitas Nasional
SEKITARPANTURA.COM,SEMARANG
- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah meminta pemerintah untuk
membatalkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang mulai
berlaku hari ini, Selasa (5/1/2016).
Menurut Wakil Ketua Komisi D DPRD Jawa Tengah Hadi Santoso,
kenaikan harga BBM yang mendadak membuat masyarakat tidak siap, sehingga
kemungkinan bisa memicu penurunan produktivitas nasional."Sebaiknya
pemerintahan Jokowi-JK membatalkan kenaikan harga BBM karena dampaknya akan
sangat luar biasa," katanya di Semarang, Kamis (5/1/2016).
Sebab, lanjut Hadi, belum ada skema baru yang ditawarkan
Jokowi-JK untuk menjamin dampak kenaikan harga BBM, sehingga tidak akan membuat
masyarakat semakin terpuruk. Apalagi kenaikan harga BBM pastinya mempengaruhi
kenaikan biaya transportasi.
"Harga BBM akan turut mendongkrak ongkos
transportasi yang harus dibayar oleh masyarakat dalam melakukan berbagai
aktivitas seperti pengadaan barang atau jasa," tuturnya.
Hal itu, kata Hadi, juga sekaligus membuat masyarakat
melihat bahwa pemerintah tidak konsisten dalam persoalan BBM. Sebab, kata Hadi,
pada bulan Desember 2016, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan
tidak menaikkan harga bahan bakar minyak jenis pelayanan publik (public service
obligation/PSO) hingga Maret 2017. Saat itu, pemerintah tetap menahan harga
kendati tren harga minyak dunia tengah naik.
(Ilustrasi/Istimewa) |
“Namun ternyata hari ini, kita menyaksikan semua harga BBM,
kecuali premium naik Rp 300, ini kan seolah-olah masyarakat dipermainkan oleh
kebijakan yang tak populis. Kalau terus demikian, maka pemerintah bisa
kehilangan trust dari masyarakat,”papar legislator Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) Jateng ini.
Menurut Hadi, kenaikan harga BBM yang terkesan mendadak ini
membuat para pelaku usaha, terutama usaha kecil dan masyarakat kelas menengah
kebawah akan kelabakan dan merasakan langsung dampaknya.
“Presiden kan selama ini identik dengan presiden yang
merakyat, jadi dengan kenaikan BBM yang mendadak ini akan menggerus trust
kepada pemerintah, terutama presiden, disisi lain, masyarakat belum siap dengan
kenaikan ini, sehingga akan berdampak kepada daya beli yang semakin
turun,”tegasnya.
Dikatakan Hadi, kenaikan tersebut berdasarkan alasan
Pertamina bahwa kenaikan harga ini dilakukan karena perhitungan untung rugi dan
kenaikan harga minyak mentah pasca sidang negara-negara pengekspor minyak
(OPEC) yang memutuskan untuk memangkas produksi.
“Masyarakat yang terdiri dari berbagai ormas, komunitas
sopir dan berbagai elemen Jateng lain hingga pagi ini (kamis-red) komplain
dengan kenaikan BBM yang mendadak tersebut, mereka kecewa dengan kenaikan BBM
ini,”pungkasnya.
Selama dua tahun memimpin, Presiden Jokowi sudah menaikkan
harga BBM sebanyak lima kali dan menurunkan dua kali. Terakhir, presiden asal
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu kembali menaikkan harga BBM
Rp300 untuk semua jenis BBM kecuali premium.
Sebagai informasi, penyesuaian harga BBM umum adalah jenis
Pertamax Series, Pertalite, dan Dexlite. BBM jenis tersebut dinaikkan sebesar
Rp300 per liter. Pertamina beralasan, kenaikan harga tersebut, seiring dengan
kondisi harga minyak mentah dunia.
Untuk harga Pertamax di DKI Jakarta, dan seluruh provinsi di
Jawa-Bali ditetapkan sebesar Rp 8.050 per liter dari semula Rp 7.750 per liter.
Adapun, di daerah yang sama, Pertalite menjadi Rp 7.350 per liter dari
sebelumnya Rp 7.050 per liter.
Sementara itu, Pertamina Dex dilepas diharga Rp 8.400 per
liter untuk wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, serta Rp8.500 per
liter untuk DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Dexlite yang menjadi
pilihan baru untuk produk diesel ditetapkan menjadi Rp7.200 per liter untuk
Jawa-Bali-Nusa Tenggara. (*)
0 Response to " Dewan Nilai Kenaikan Harga BBM Bisa Picu Penurunan Produktivitas Nasional"
Posting Komentar