Tradisi Mandi Dawet yang Masih Bertahan di Desa Suko Kulon Pati



Indonesia memiliki ragam budaya yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Banyak masyarakat yang masih menjaga tradisi hingga kini, karena adat dinilai menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari oleh sebagian besar masyarakan Indonesia.


Seperti halnya di wilayah pantura, khususnya di eks Karesidenan Pati, setiap bulan Apit pada kalender Jawa, tradisi bersih desa atau sedekah bumi, hingga kini masih tetap dilangsungkan. Meski sebagian daerah telah mengalami pergeseran budaya dalam pelaksanaan sedekah bumi, namun, sebagian masih keukeh untuk tetap menjunjung tinggi adat yang dulu pernah dilakukan para cikal bakal pendiri atau tokoh desa.


Sejenak kita tengok pelaksanaan sedekah bumi di Desa Suko Kulon, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati. Pada rangkaian sedekah bumi, ada ritual cukup unik yang hingga kini masih bertahan dan selalu muncul pada acara sedekah bumi.


Ritual yang dimaksud adalah Mandi Dawet. Ritual ini, berlangsung pada malam hari jelang acara sedekah bumi dimulai. Kemudian, pelaksanaannya juga bukan dilakukan di sembarang tempat. Ada satu tempat khusus untuk ritual khas ini, yakni di bawah pohon Kampret.


Sebelum ritual mandi dawet tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu makan nasi kuning secara bersama-sama di bawah pohon tersebut. Nasi yang dibawa warga ini, sebelumnya telah didoakan dengan dipimpin oleh sesepuh desa.


“Dengan doa bersama ini, kita berharap apa yang kita makan menjadi berkah. Kemudian, kita juga berharap Tuhan selalu memberikan kita keselamatan, rezeki yang melimpah dan desa ini menjadi aman dan sejahtera,” ujar Masrikan, Kepala Desa Suko Kulon.


Setelah makan bersama, barulah ritual mandi dawet dimulai. Yang pertama dimandikan dawet adalah kepala desa, yang merupakan dituakan atau pemimpin di desa tersebut. Usai kepala desa dimandikan, barulah diikuti oleh para sesepuh desa.


Masrikan juga meyebutkan, tradisi tersebut selalu dilaksanakan setiap sedekah bumi. Di mana, untuk sedekah bumi sendiri, menurutnya adalah sebagai salah satu bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan, atas rezeki yang dilimpahkan berupa hasil bumi yang melimpah dan lain sebagainya.


”Hal ini tak lain adalah bentuk ungkapan syukur kita. Memang, dalam tradisi kita selalu ada yang namanya sedekah bumi,” ungkapnya.


Usai tradisi mandi dawet, kemudian acara dilanjutkan dengan hiburan berupa tayub. Kesenian tradisional ini, katanya, selalu ada pada setiap acara sedekah bumi. 

Baca Juga : Sedekah Bumi di Pati Lor

Lihat Videonya : Disini




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tradisi Mandi Dawet yang Masih Bertahan di Desa Suko Kulon Pati "

Posting Komentar